Tidur merupakan salah satu kebutuhan fisiologis yang paling kritis. Setiap kali membahas tentang tidur, hampir selalu muncul pertanyaan, “Berapa lama waktu tidur yang kita butuhkan?”. Secara teori, manusia membutuhkan waktu selama 8 jam untuk tidur. Akan tetapi, pernahkah Anda berpikir bagaimana jika tidur hanya selama 5 jam dan bukan 8 jam per hari? Bagaimana efek kurang tidur dalam jangka panjang? Apakah berpengaruh pada produktivitas Anda? Lalu bagaimana pula dengan para shift worker atau orang-orang yang bekerja secara shift?
Pada dasarnya terdapat dua teori untuk tidur. Salah satunya adalah teori rekuperasi. Esensi dari teori ini adalah bahwa keadaan bangun mengganggu homeostatis atau kestabilan fisiologis tubuh dan tidur dibutuhkan untuk memulihkannya. Misalnya, aktivitas-aktivitas yang kita lakukan dalam kondisi bangun menguras banyak energi dan tidur dibutuhkan untuk memulihkan energi. Teori mengenai tidur yang lain adalah teori sirkadian. Menurut teori ini, tidur bukanlah sebuah upaya untuk memulihkan homeostatis tubuh melainkan merupakan mekanismetiming internal 24 jam. Hal ini berarti setiap manusia terprogram untuk tidur di malam hari terlepas dari apa saja yang sudah mereka lakukan pada siang hari. Teori sirkadian tentang tidur lebih fokus pada waktu daripada fungsi tidur.
Pekerjaan dengan metode shift berkaitan dengan teori sirkadian. Para pekerja dipaksa menyesuaikan siklus tidur dan bangun alamiahnya untuk memenuhi jadwal kerja yang berubah-ubah, misalnya yang terjadi pada satpam jaga malam. Tidak sedikit dari mereka yang mengeluh karena kurang tidur. Orang-orang yang bekerja secara shift akan membutuhkan waktu berhari-hari untuk menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut. Pada orang-orang yang tidur lebih sedikit dari biasanya mungkin akan merasa tidak enak atau tidak dapat berfungsi dengan baik. Anda juga mungkin pernah mengalami kondisi demikian.
Kebanyakan mamalia dan bayi manusia memperlihatkan siklus tidur polifasik, yakni secara teratur mereka tidur lebih dari satu kali dalam sehari. Manusia dewasa memperlihatkan siklus tidur monofasik, yaitu mereka hanya tidur sekali dalam sehari. Kemudian manakah siklus tidur yang lebih efektif? Apakah manusia dewasa perlu tidur sekali dalam sehari? Bagaimana jika mereka tidur beberapa kali dalam sehari seperti bayi? Lalu bagaimanakah pengaruhnya terhadap kesehatan?
Siklus tidur polifasik sebenarnya telah dilakukan oleh Leonardo Da Vinci, seorang pelukis yang terkenal dengan lukisan Monalisa. Selama hidupnya, Leonardo Da Vinci tidur selama 15 menit setiap 4 jam, artinya ia hanya tidur selama 1,5 jam per hari. Siklus tidur seperti ini kemudian ditiru oleh pelukis lainnya Giancarlo Sbragia. Awalnya Giancarlo Sbragia mengaku jadwal tidur seperti ini sulit diikuti dan membutuhkan waktu sekitar 3 minggu untuk membiasakan diri. Akan tetapi akhirnya ia mengakui bahwa siklus tidur ini membuat dirinya lebih produktif, “Betapa indahnya hidup saya karenanya. Saya menemukan kebahagiaan, saya menemukan kesunyian, dan konsentrasi. Saya punya banyak waktu untuk belajar dan membaca jauh lebih banyak dibanding yang saya dapatkan sebelumnya. Saya punya lebih banyak waktu untuk diri saya sendiri, untuk melukis, dan untuk mengembangkan karir saya” (Sbragia, 1992).
Lama waktu yang dibutuhkan seseorang untuk tidur memang sebuah kontroversi. Secara teori seseorang membutuhkan waktu kurang lebih 8 jam untuk tidur. Akan tetapi ada bukti lain yang menyebutkan bahwa tidur kurang dari 8 jam tidak memiliki pengaruh apapun terhadap kesehatan, seperti yang terjadi pada Leonardo Da Vinci maupun Giancarlo Sbragia. Mereka justru lebih produktif untuk menghasilkan karya artistik yang terkenal. Jadi berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk tidur?
Silahkan share kepada teman kamu