Advertisement

Pernikahan adalah awal dari seluruh perjalanan hidup


Pernikahan adalah sesuatu yang sakral, ada ikrar suci didalamnya yang dipersaksikan oleh Sang Khalik. Sejatinya pernikahan yang  dilandasi niat karena Allah, untuk menjadi insan yang lebih baik, akan membawa ketentraman dan kedamaian bathin.
Pernikahan juga merupakan penyatuan dua pribadi yang berbeda dalam satu ikatan. Perbedaan yang hampir meliputi segala aspek kehidupan  seperti latar belakang, masa lalu, sifat dan karakter, kebiasaan, adat istiadat, psikis, mental, bahkan kepercayaan spiritual juga terkadang ada yang berbeda.

Begitu banyaknya perbedaan tersebut takkan pernah terlihat sebelumnya, saat berpacaran atau mungkin bertunangan,  segalanya masih terasa dan terlihat indah, dunia serasa milik berdua, yang lainnya cuma numpang...( he..he..)

Tahun pertama sampai tahun kelima pernikahan adalah masa saling lebih mengenal dan memahami sifat masing-masing. Menurut saya, masa-masa tahun pertama sampai tahun kelima adalah masa yang cukup sulit. Ditahun-tahun ini sangat dibutuhkan rasa saling mengerti dan memahami serta sikap mengalah dan tenggang rasa sangat dibutuhkan pada masa-masa ini. Percayalah jika anda tidak berbesar hati di tahun-tahun ini,  bersiap-siaplah anda akan selalu makan hati setiap hari ( enak, dong..apalagi kalo dibikin sambal goreng..)

Pada masa ini suami istri cenderung menampakkan Ego masing-masing, ditambah lagi mereka sebenarnya ada dalam tahapan “ adaptasi “. Adaptasi yang begitu sulit, karena belum punya apa-apa alias rumah tangga yang dibangun dari nol (hal ini tidak berlaku bagi pasangan yang mendapat warisan kekayaan dari kedua orang tuanya).  Pasangan yang membangun rumah tangga dari nol akan lebih memahami sulitnya menjadi pasangan yang “ from zero to hero”. Semua tahapan itu sebenarnya sangat mungkin dilalui dengan sukses. Tergantung bagaimana caranya pasangan suami istri menyikapi berbagai permasalahan yang ada. Dibutuhkan kekompakan, ibarat satu tim yang tidak mungkin untuk berjalan sendiri-sendiri.

Suami diibaratkan sebagai nahkoda kapal, dialah Sang Pemimpin yang akan mengarahkan kemana kapal akan berlabuh. Sesuai dengan kodratnya laki-laki adalah pemimpin wanita. Ini menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam berumah-tangga.  Coba saja anda bayangkan, kalau nahkodanya ada dua, apa yang akan terjadi selanjutnya ? misalnya saja sang istri ingin menjadi nahkoda juga,  sang istri ingin mendominasi suaminya, akan terjadi banyak pertengkaran.  Nahkoda yang satu ingin kapalnya berlabuh di pelabuhan A, yang satunya lagi ingin berlabuh ke pelabuhan B. Hal ini akan membuat kapal jadi terombang-ambing tanpa tujuan yang jelas. Sang istri seyogyanya menempatkan diri sesuai dengan kodratnya juga, mendampingi suami dalam suka maupun duka. Saat sang suami merasa lelah dan penat, sang istri harus bisa mengurangi rasa lelah dan penatnya . Membuat suaminya merasa tenang dan kembali bersemangat.

Tahun-tahun berikutnya akan berubah menjadi lebih ramai, dengan hadirnya sang buah hati. Pasangan suami istri yang kini telah menjadi Orang Tua bagi sang buah hati. Buah hati merupakan anugrah terindah dalam sebuah pernikahan. Episode barupun dimulai, mulailah merasakan repotnya membesarkan buah hati. Walaupun itu juga merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri bagi pasangan suami istri. Hal yang perlu diingat adalah, buah hati sesungguhnya adalah amanah dari Sang Khalik untuk kita jaga, kita pelihara, kita besarkan. Ingatlah tiap-tiap amanah yang diberikan untuk kita suatu saat akan dimintai pertanggungjawabannya. Harta, Istri dan anak adalah amanah dan tanggung jawab pemimpin rumah tangga, yaitu ayah atau suami. Dalam hal ini suami memikul tanggung jawab yang lebih besar di dunia maupun di akhirat kelak.
Begitupun seorang ibu dia juga bertanggung jawab dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Sosok ibu sangat berperan penting dalam membentuk karakter dan sifat dasar seorang anak. Karena seorang anak mendapatkan pelajaran pertama dari kedua orangtuanya, terutama dari sang ibu.

Inilah pentingnya melatih diri kita menjadi seorang pemimpin bagi diri kita sendiri. Jangan sampai anak-anak kita menjadi generasi yang lebih buruk dari kita. Merekalah harapan bangsa, mereka harus menjadi generasi yang terbaik, Aamiin.


Penulis : Pratini Muji